Thursday, February 21, 2013

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA


SIFAT HAKIKAT MANUSIA

Sifat hakikat manusia  adalah fitur-fitur yang karakteristik, yang secara prinsipal membedakan manusia dengan hewan.  Wujud-wujud sifat hakekat manusia (karakteristik) yaitu:

Kemampuan menyadari diri
  .  Berkat kemampuan menyadari diri ini, manusia dapat membedakan antara dirinya dengan makhluk yang lain.  Lebih dari itu manusia juga dapat membuat jarak dengan lingkungannya, dalam arti lingkungan bisa dijadikan obyek maupun subyek.  Kedua hal tersebut haruslah berimbang dengan perkembangannya.  Yang lebih istimewa, manusia dikaruniai kemampuan untuk membuat jarak dirinya sendiri, yang bisa menempatkan posisi manusia itu sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk menyempurnakan diri.  Pendidikan  dalam hal ini ditekankan pada pengembangan sosial dan aspek individualisme.  kemampuan mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada manusia, dan memahami potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga manusia berkembang kearah kesempurnaan diri.

Kemampuan bereksistensi
  .  Manusia tidak akan terus menerus terbelenggu dalam suatu ruang.  Manusia perlu untuk menerobos ruang itu.  Kemampuan menerobos ini bukan hanya terkait soal ruang tapi juga melibatkan waktu.  Dengan begitu manusia lagi terbelenggu didalam ruang tersebut.  Kemampuan menerobos ruang dan waktu itulah yang disebut dengan eksistensi.  Kemampuan bereksistensi ini harus dibangun melalui pendidikan.  pendidikan yang diberikan disini dimaksudkan agar peserta didik   belajar dari pengalamannya dalam mangantisipasi suatu kondisi dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

Pemilikan kata hati
  .  Kemapuan manusia untuk membuat suatu keputusan yang baik / benar maupun yang buruk / salah bagi manusia disebut kata hati.  Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul manjadi kata hati yang tajam disebut pendidikan kata hati yang dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi dengan tujuan agar orang tidak hanya memiliki keberanian berbuat tanpa didasari oleh kata hati yang tajam.

Moral
  .  Moral dapat diartikan sebagai perbuatan / etika yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.  Pendidikan moral yang didasari dengan kata hati yang tajam akan bedampak baik bagi manusia dan dikatakan bermoral tinggi, tapi ketika keduanya tidak singkron (seimbang) maka dapat dikatakan manusia itu tidak bermoral .

Kemampuan bertanggung jawab
  .  Keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan dapat disebut juga dengan tanggung jawab.  Dalam tanggung jawab setiap sanksi atau klaim harus diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.  Pendidikan dalam hal ini yaitu melatih anak didik agar bisa berkonsekuensi dengan apa yang dia lakukan.

Rasa kebebasan (kemerdekaan
  ).  Rasa bebas bisa berarti merdeka, tapi bebas disini adalah bebas  dalam  batasan kodrat manusia.  Orang bisa merasa bebas jika ikatan yang membelenggua berubah menjadi ikatan yang menggerakkan.  Pendidikan untuk melayani hal ini dimaksudkan untuk dibiasakan menginternalisasikan nilai-nilai atau aturan -aturan kedalam dirinya sehingga dapat dirasakan sebagai miliknya.  Dengan demikian aturan-aturan tersebut tidak lagi diraskan sebagai suatu menghalangi ruang geraknya.

Kesiapan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
  .  Pada dasarnya hak merupakan sesuatu yan  g masih kosong, artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada belum tentu seseorang itu mengetahuinya dan meskipun sudah tau belum tentu mau menggunakannya.  Namun terlepas dari itu tetap ada pihak yang berkewajiban untuk siap memenuhinya .  Dilihat dari segi ini wajib bukanlah 'ikatan' melainkan keniscayaan yang mewajibkan manusia tidak merdeka . mau tidak mau manusia harus menerimanya. Kemampuan menghayati kewajiban sebagai keniscayaan dapat tumbuh melalui suatu proses. Usaha untuk menumbuhkembangkan rasa wajib sebagai keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin, karena dapat membangun anaka didiknya aga lebih mematuhi aturan-aturan yang telah dibuat.     

Kemampuan menghayati kebahagiaan
  .  Kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual atau pada jaringan prosesnya maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi kebahagiaan terletak pada kemauan menghayati semuanya itu dengan keheninga jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut didalam jaringan atau ikatan tiga hal yaitu: pertama, usaha yaitu perjuangan terus menerus untuk mengatasi masalah hidup, yang kedua norma-norma, yaitu kaidah-kaidah hidup yang bersifat sosial dan mengikat, yang ketiga adalah takdir yaitu hasil sesuai atau tidak sesuai sesudah orang tersebut melakukan suatu usaha sampai batas kemampuan dan harus diterima dengan pasrah serta penuh syukur. dengan dimikian pendidikan memiliki peran penting dalam mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaan.         

DIMENSI HAKEKAT MANUSIA

Dimensi individualitas  .  Setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangt daya tahan yang berbeda-beda.  Dalam perkembangannya setiap orang memiliki sikap dan pilihan sendiri yang dipertanggungjawabkan sendiri, tanpa mengharap bantuan orang lain untuk ikut mempertanggungjawabkan.  Sifat-sifat sebagaimana diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan.  Sebab tanpa dibangun dengan pendidikan, benih-benih individualitas yang ada didalam dirinya tidak akan berkembang sehingga tidak memiliki kepribadian yang khas dan unik.  Dalam pengembangan individualitas tidak dibenarkan bahwa pendidik memaksakan keinginannya kepada subyek didik.  Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara mamperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri.

Dimensi Kesosi  alan
  .  Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak pada dorongan / keinginan yang kuat untuk bergaul sehingga setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya untuk saling berinteraksi, saling tolong menolong, serta menyadari dan mengahayati kemanusiaannya.  Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat -sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.  Pendidikan yang dapat diberikan adalah rasa sosial yang tinggi, karena mengingat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain.

Dimensi Kesusilaan  .
  Kesusilaan mencakup tentang etika dan etiket.  Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila serta melaksanakannya.  Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai, yaitu kesadaran / pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai.  Pendidikan kesusilaan rentangan yang luas penggarapannya mulai dari ranah kognitif yaitu dari mengetahui sampai kepada menginternalisasi nilai, sampai ranah afektif dari meyakini, meniati sampai ke siaga untuk melakukan.  Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban disamping hak peserta didik.  Hal ini sangat penting, karena ketimpangan antara keduanya akan mengganggu suasana hidup yang sehat.

Dimensi Keberagamaan
  .  Beragama merupakan kebutuhan manusia, karena manusia adalah makhluk yang lemah dan membutuhkan tempat untuk bertopang.  Manusia membutuhkan agama demi keselamatan hidupnya.  Dalam hal ini orang tua adalah pendidik yang paling cocok, karena pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata hati.  Pesan- pesan agama harus tersalur dari hati ke hati.  Sedangkan untuk pengkajian agama secara massal dapat dimanfaatkan misalnya pendidikan agama disekolah-sekolah.  Kiranya tidak cukup jika pendidikan agama ditempuh hanya melalui pendidikan formal, kegiatan didalam pendidikan non formal dan informal banyak yang dapat dimanfaatkan.

PENGEMBANGAN DIMENSI HAKEKAT   MANUSIA

Pengembangan yang utuh . Dari segi wujud dimensinya.  Yaitu keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, dimensi individualitas kesosialan dan keberagamaan, serta aspek kognitif afektif dan psikomotor.  Semua itu harus dilakukan secara seimbang sehingga dapat diperoleh hasil yang baik.  Dari segi pengembangan.  Perkembangan ini mencakup baik yang bersifat horisontal yaitu menciptakan keseimbangan, maupun yang bersifat vertikal yaitu menciptakan ketinggian martabat manusia.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakekat manusia yang utuh diartikan sebagai pendidikan / pembinaan terpadu terhadap dimensi hakekat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara laras.

Ekspansi yang tidak utuh . Ekspansi yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap atau dapat disebut juga pengembangan yang patologis.


TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Pengertian Teori Konstruktivisme

Asal kata konstruktivisme adalah " to construct " yang artinya membangun atau menyusun. Menurut Carin (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa teori konstruktivisme adalah teori belajar yang menenkankan bahwa para siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membengun pengetahuan secara individual. Menurut Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi ( bentukan ) kita sendiri. pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.       

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari.  Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan  skemata  yang dimilikinya. Proses tersebut meliputi:
  • Skema / skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.  Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
  • Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
  • Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelektual seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.


Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.  Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan.  Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.  Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan kondisi keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).

Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.  Pada teori ini konsekuensinya adalah siswa harus memiliki ketrampilan Unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.


Prinsip-prinsip konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
  • Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
  • Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar .
  • Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
  • Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
  • Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
  • Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
  • Menemukan dan menilai pendapat siswa
  • Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa.  Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri.  Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.  Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.


Teori Belajar Menurut Piaget

Dalam teori pembelajaran konstruktivisme, anak dituntut agar mampu mengembangakan dirinya sendiri, guru hanya memberikan sedikit stimulus kepada anak.  Perbandingan antara teori pembelajaran konstruktivisme.  Pada teori konstriktivisme lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, baik secara fisik, mental dan emosional. 
Penerapan teori ini cocok digunakan pada materi yang berhubungan langsung pada proses berpikir secara abstrak, misalnya matematika.  Sedangkan pada teori humanisme, siswa benar-benar diajak dan dituntut untuk mengembangkan diri dalam kegiatan pembelajaran.  Dapat dikatakan dengan "mereka butuh, mereka yang menemukan".  jadi dalam teori ini guru hanya sebagai fasilitator saja.  Pembelajaran berdasarkan pada teori humanisme cocok diterapkan pada materi yang sifatnya mampu membentuk kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.


K esimpulan

Teori kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
  • Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator.
  • Teori konstruktivistik merupakan pengembangan dari teori belajar kognitif.
  • Piaget menyatakan bahwa "ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan   skemata    yang dimilikinya."



Kisah Sukses Mike Lazaridis, Pencipta Ponsel Blackberry




VISIONER, inovator. Yang pertama mampu melihat jauh ke masa depan. Yang kedua, bisa menciptakan sesuatu yang diperlukan oleh orang untuk hidup nyaman dalam kondisi di masa depan itu. Dua kata itu menyatu dalam diri lelaki berambut perak bernama Mike Lazaridis. Ia yang sejak kecil maniak mengutak-atik barang elektronik dan tak selesai kuliah di jurusan Teknik Elektro. Dia di-drop out, hanya dua bulan menjelang wisuda di University of Waterloo, Kanada. Ia lebih memilih sibuk mengurusi perusahaan yang ia dirikan sambil kuliah.

Jejak karyanya sangat mungkin sekarang ada di genggaman Anda. Dialah pencipta telepon pintar bernama BlackBerry, yang merevolusi dan mengubah peta dan masa depan teknologi telepon cerdas.Hingga Juni tahun ini RIM, Researh in Motion – perusahaan yang dibela-belain Mike hingga tak sempat wisuda, yang memproduksi BlackBerry itu - mencatat penjualan lebih dari 100 juta unit.

Sebelum mengembangkan BlackBerry, pada tahun 1999 RIM bekerja sama dengan RAM Mobile Data dan perusahaan ponsel Ericsson yang lebih dahulu terkenal, mengembangkan Mobitex. Ini adalah perangkat data bergerak yang dirintis oleh Ericsson.Hasilnya? Diluncurkanlah Inter@ctive Pager 950. Agustus tahun 2000 produk ini mulai dipasarkan. Ukurannya kira-kira sebesar sabun mandi. Di pasar ia bersaing dengan SkyTel, produk sejenis – sama-sama pager dua arah - milik Motorola. Produk ini tak berhasil di pasar. Lagi pula era pager lekas sekali jadi kuno.

Coba, perhatikan nama-nama merek itu: Mobitex, Inter@ctive Pager. Nama-nama yang kini terasa amat norak, bukan? Itu sebabnya, pada tahun 2002, ketika RIM hendak mengembangkan produk baru Mike tak mau sembarangan kasih nama.Produk itu, yang kelak kita gilai sebagai BlackBerry, punya fasilitas push e-mail, bisa menyelancari internet, komunikasi teks dan tentu saja bisa menelepon. Apa nama yang cocok untuk merangkum semua manfaat itu?

RIM memaki jasa Lexico Branding di California. Sebuah perusahaan konsultan merek. David Placek, si bos Lexicon mula-mula mencari nama yang bisa menonjolkan kemampuan e-mail peranti cerdas baru itu. Mentok. Akhirnya, ditetapkan syarat lain: nama baru itu harus terkesan lebih natural, menghibur dan menyenangkan.”Pokoknya bisa menurunkan tekanan darah,” kata Placek. Salah seorang tim perumus nama itu suatu saat memperhatikan kibor kecil-kecil hitam pada prototipe Blackberry. Di matanya tampak seperti susunan biji semangka. Lalu mulailah ditelusuri nama-nama yang berdasar pada kesan itu, dari strawberry ke melon, sampai nama-nama buah lain.

Tak ada yang memuaskan sebelum akhirnya sampai pada kata BlackBerry, kata ini enak didengar dan pas pula dengan warna bendanya yang hitam legam.”BlackBerry mudah melekat di ingatan, lebih baik daripada nama-nama seperti ProMail atau MegaMail,” kata Placel. Saya kira, seandainya dua nama ‘lebay’ itu yang dipakai, BlackBerry tak sesukses sekarang.

BlackBerry kini terjual di 91 negara, bekerja sama dengan 500 operator, dan menguasai 20.8 persen pasar telepon pintar. Hanya kalah dengan Nokia Syimbian OS.Placel pun kini punya rumus manjur tentang merek, belajar dari keberhasilan BlackBerry, ”Kalau produk Anda ingin dapat perhatian, jangan pakai nama yang menjelaskan sesuatu, Anda harus menciptakan konsep baru!” katanya.

BlackBerry adalah produk yang merebut perhatian. Dengannya pelanggan merasa diistimewakan dan kecanduan. Sampai-sampai Websers New Word Dictionary memilih kata Crackberry menjadi ”Kata Baru Paling Keren tahun 2006”, mengalahkah “netroot” dan “neuroeconomic”. Crackberry merujuk pada pecandu BlackBerry. Crack adalah sinonim dari kokain, yang memang mudah bikin ketergantungan, bukan?

Tiap unit BlackBerry adalah unik, karena ditandai dengan satu PIN yang dengan kode kombinasi delapan angka dan huruf itu pengguna bisa berkomunikasi lewat teks berkat BlackBerry Mesenger.

Mike Lazaridis, lahir 14 Maret 1961, di Istambul Turki. Orangtuanya berdarah Yunani. Pada usia lima tahun, ia ikut keluarganya pindah ke Kanada. Mereka menetap di Windsor, Ontario.

Mike sudah menunjukkan bakat, kepintaran dan ketekunannya sejak kecil. Pada usia 12 tahun, di tahun 1979, dia memenangkan hadiah dari Perpustakaan Umum Windsor karena ia telah membaca semua buku sains koleksi perpustakaan tersebut. Sejak kecil ia candu membaca. Saya tak bisa bayangkan, apa bakatnya seandainya di kota itu tak ada perpustakaan umum yang bagus. Mungkin bakat itu akan tersia-sia.

Mike beruntung karena orangtua dan lingkungan sekolahnya sangat memungkinkan ia mengembangkan bakat dan minatnya pada elektronika.

Tahun 1979, ia mulai kuliah di University of Waterloo, Ontario, Kanada. Di sinilah ia mulai merintis RIM. Tahun 1984, semasa masih mahasiswa, Mike ikut lomba tender di perusahaan raksasa otomotif General Motors. Proyeknya adalah merancang sistem display pengontrol jaringan komputer. Dia menang dan dapat hadiah berupa kontrak kerja senilai 500 ribu dolar AS.

Dengan modal hasil kontrak kerja itu, ditambah pinjaman kecil dari pemerintah Kanada dan berutang pada orangtuanya, Mike bersama temannya Mike Barnstijn, dan Douglas Fregin mulai merintis RIM. Salah satu prestasi perusahaan itu, sebelum BlackBerry adalah berhasil mengembangkan barcode.

Lihatlah, selalu ada jalan untuk mewujudkan sebuah visi. Yang kita perlukan adalah merumuskan sebuah visi yang kuat, menajamkan visi tersebut, dan terus-menerus berusaha. Itu yang bisa kita pelajari dari Mike Lazaridis dan BlackBerry.

Sejarah industri di dunia mencatat banyak perusahaan besar, penemu hebat akhirnya bertumbangan. Bagaimana RIM dan BlackBerry bertahan? Fokus dan meningkatkan keunggulan produk. ”Kami punya karyawan 14 ribu orang yang hanya memikirkan satu produk: BlackBerry dan pelayanannya,” kata Mike.

Ketika krisis ekonomi memaksa orang melacikan ponsel, orang banyak masih menyisakan satu BlackBerry di genggaman. Kenapa? “BlackBerry lima kali lebih efisien, misalnya untuk mengirim dan membalas e-mail, dan kami punya baterei lebih tahan lama,” kata Mike.


Puaskah Mike dengan pencapaian RIM sejauh ini? Tidak. ”Ini hanya permulaan dari sebuah pasar yang besar. Saat ini ada satu smartphone dari enam telepon di dunia. Ini adalah persentase kecil. 10 tahun lagi, seluruh telepon adalah smartphone,” kata Mike, dan dia ingin BlackBerry menguasai sebanyak-banyaknya, sebanyak yang bisa mereka produksi.

Saya menulis ini dengan BlackBerry Bold di meja. Ini adalah BlackBerry kedua saya, setelah dulu saya pakai Curve. Beberapa data saya cari lewat Google di BlackBerry browser. Bukan karena tidak krisis, kalau saya masih pakai dua ponsel. Ini semata-mata karena saya memilih operator BlackBerry yang menurut saya murah, dan sementara itu, dengan ponsel yang lain beroperator lain, saya harus menjaga keterhubungan dengan banyak nomor-nomor penting.

COPYCAT MARKETING

REVIEW BAB 4 
“Bekerjalah Dengan Lebih Banyak Menggunakan Otak Bukan Otot”
Oleh: Abas Arianto

Dalam bab ini Si penulis mengambil contoh nyata tentang pemilik perusahaan coca cola yang mendapatkan ide cemerlang dari temannya yaitu dengan cara “Botolkan Saja”. Sebelum munculnya ide ini coca cola hanya mendapatkan sedikit keuntungan karena produk yang mereka jual hanya dapat di nikmati dikedai-kedai, tetapi setelah munculnya ide untuk membotolkan minuman berkarbonat ini, coca cola mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar hal ini merupakan salah satu ide yang sangat efisien karena dengan cara tersebut minuman mereka dapat diperoleh di semua tempat tidak harus dikedai-kedai. Ini semua karena perusahaan coca cola telah menggunakan efisiensi waktu, tempat, dan tenga dengan jalan mengemas produk mereka dalam botol.
Kata  efisiensi berasal dari  bahasa  Inggris efficiency. Persamaan  katanya adalah “leverage". Kata “leverage” sendiri berasal dari kata dalam bahasa Perancis kuno "lever" yang berarti "menjadikan tebih  ringan, Kenyataannya, memang makna  kata  "menjadikan  lebih ringan"  inilah  yang tercakup  dalam kata efisiensi.  Dengan  menggunakan  cara-cara  tertentu, maka pekerjaan-pekerjaan  yang sulit bisa dilakukan dalam waktu yang lebih  singkat,  tanpa mengeluarkan  tenaga yang terlalu banyak. Itulah  sebabnya mengapa  dalam Kata efisiensi terkandung  makna  'menjadikan lebih ringan." inilah yang dimaksud dengan efisiensi.  Efisiensi ini dapat meningkatkan  produktivitas  dengan maksimalkan waktu,  tenaga dan  uang.
Selama berabad-abad, orang-orang  dalam dunia usaha  senantiasa berusaha  untuk menjadikan  pekerjaan mereka menjadi  "lebih  ringan” melalui konsep  efisiensi  ini. Jadi memang  inilah yang dimaksud dengan peningkatan produktifitas. Artinya  saat bekerja  kita harus lebih banyak menggunakan otak bukannya  otot. Secara kongkrit bisa  dikatakan,  bahwa kita harus mencari  jalan bagaimana  caranya menghasilkan uang yang  lebih banyak  dalam waktu  yang  lebih singkat.
Untuk menjadi seorang  pengusaha  waralaba yang sukses, yang penting adalah bisa mengembangkan  satu sistem  yang  sudah  terbukti  keberhasilannya.  Kemudian, catatlah segala  yang diperlukan sampai ke hal-hal yang sekecil-kecilnya, hingga menghasilkan sebuah model atau contoh yang  kemudian  dapat dengan mudah diajarkan  kepada orang  lain. Jika model 

Thursday, October 18, 2012

Landasan Pendidikan



A.    LANDASAN PENDIDIKAN
1.     Landasan Filososfis
a.   Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1.     ­Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.

2.     Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3.     Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4.     Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b.   Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2.     Landasan Sosiolagis
a.   ­Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan meliputi empat bidang:
1.     Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.     hubunan kemanusiaan.
3.     Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4.     Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b.   Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3.     Landasan Kultural
a.   Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b.   Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4.     Landasan Psikologis
a.   Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b.   Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5.     Landasan Ilmiah dan Teknologis
a.   Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b.   Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat
B.    ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1.     Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ø      Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ø      Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Ø      Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Ø      Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Ø      Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.     Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).


Sumber Bacaan: Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/